#PBA5 - Psychology Capital, Employee Engagement dan Organizational Citizenship Behavior
Psychology
Capital dengan Teori Lain
Psycap
Menurut
Luthans, 2007, PsyCap merupakan keadaan positif seseorang yang
terdiri dari karakteristik adanya kepercayaan diri dalam semua tugas, rasa
optimisme, harapan dan kemampuan untuk bertahan dan maju ketika berhadapan
dengan suatu masalah di tempat kerja.
Adversity Quetient
Stoltz
(2007) mendefinisikan adversity quetient sebagai kecerdasan atau kemampuan
seseorang untuk bertahan untuk menghadapi dan mengatasi kesulitan. Berdasarkan tingkatan
AQ, individu dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok: quitters yaitu individu dengan tingkat AQ rendah, campers yaitu individu dengan tingkat AQ
sedang dan climbers yaitu individu
dengan tingkat AQ tinggi (Stoltz, 2007). Dimensi-dimensi dalam AQ meliputi control, origin & ownership, reach dan endurance (Stoltz, 2007). Adapun menurut
Stoltz (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi AQ yaitu faktor intenal dan
faktor eksternal. Faktor internal diantaranya genetika, keyakinan, bakat,
karakter, kinerja dan kesehatan. Sedangkan faktor eksternal meliputi pendidikan
dan lingkungan.
Girt
Grit
didefinisikan sebagai kegigihan dan semangat untuk mencapai tujuan jangka
panjang (Duckworth, 2007). Grit terdiri dari dua dimensi, yaitu consistency of interest dan perseverance of effort.
Employee Engagement dengan Organizational Citizenship Behavior
Employee
Engagement
Kahn
(1990:694), mendefinisikan employee engagement sebagai keterlibatan atau peran karyawan
atau anggota organisasi dalam organisasi maupun perusahaanya baik itu secara
fisik, emosional dan kognitifnya.
Kelompok
peneliti Gallup (dalam Fobringer 2002) mengemukakan 4 dimensi dari employee
engagement, yaitu:
1. What
do I get?
Pada tahap ini, kebutuhan karyawan adalah hal yang paling
dasar. Karyawan ingin mengetahui apa yang menjadi harapanya, berapa jumlah yang
akan di dapatkan, dan fasilitas apa yang akan diperoleh.
2. What
do I give?
Setelah berjalan beberapa waktu, tahap selanjutnya adalah
karyawan akan mulai melihat hal secara berbeda dan menyanyakan pertanyaan yang
berbeda dari tahap pertama. Pada tahap ini karyawan ingin mengetahui bagaimana
cara melakukan tugasnya, apakah orang lain berpikir postif tentang dirinya, dan
apakah karyawan lain bersedia membantu.
3. Do I
belong?
Setelah karyawan tersebut merasa nyaman bekerja, ia akan
menilai aspek yang lebih luas dari pekerjaannya. Ia menilai bagaimana
pendapatnya didengarkan di tempat kerja. Apakah ia merasa selaras dengan misi
perusahaan? Apakah ia merasa mempunyai semangat yang sama dalam bekerja?
Sehingga ia akan memutuskan apakah ia harus merasa memiliki tempat kerjanya
tersebut.
4. How
can we grow?
Setelah merasa memiliki, karyawan tersebut akan memandang
ke depan, memandang prospek organisasi di masa yang akan datang. Apabila
karyawan merasa jelas bahwa organisasi akan terus bergerak maju, maka ia akan
mengikat diri pada perusahaan tempatnya bekerja.
Organizational Citizenship Behavior
Menurut Organ (1988; dalam Hoffman et al., 2007) OCB
adalah sebuah tipe spesial dari kebiasaan kerja yang mendefinisikan sebagai
perilaku individu yang sangat menguntungkan untuk organisasi dan merupakan
kebebasan memilih, secara tidak langsung atau secara eksplisit diakui oleh
sistem penghargaan formal. Organizational citizenship behavior (OCB)
berhubungan dengan informal, perilaku prososial yang dipesan oleh karyawan
dengan sukarela untuk membantu karyawan lain dalam suatu pekerjaan (Mackenzie,
Podsakoff & Fetter, 1993; Ensher, 2001; dalam Budihardjo, 2004). Sebagai
perilaku yang digunakan untuk menolong karyawan lain menyelesaikan sebuah
proyek, memberikan bantuan saran atau sugesti, dan menawarkan umpan balik yang
positif dalam tugas kerja (Organ & Ryan, 1995; Podsakoff, Mackenzie &
Hui, 1993; dalam Budihardjo, 2004).
Kemudian (Organ, 1988; dalam Hoffman, 2007)
mengidentifikasikan 5 dimensi tentang OCB, yaitu: altruism, courtesy,
civic virtue, conscientiousness dan sportsmanship.
1. Altruism,
yaitu perilaku membantu karyawan lain tanpa ada paksaan pada tugas-tugas yang
berkaitan erat dengan operasi-operasi organisasional. .
2. Civic
Virtue, menunjukkan partisipasi sukarela dan dukungan terhadap
fungsi-fungsi organisasi baik secara professional maupun social
alamiah. Secara sukarela berpartisipasi, bertanggung jawab dan terlibat
dalam mengatasi masalah-masalah organisasi demi kelangsungan organisasi.
3. Conscinetiousness,
berisi tentang kinerja dari prasyarat peran yang melebihi standar
minimum. Perilaku tersebut melibatkan kreatif dan inovatif secara sukarela
untuk meningkatkan kemampuannya dalam bekerja demi peningkatan organisasi.
Karyawan tersebut melakukan tindakan-tindakan yang menguntungkan organisasi
melebihi dari yang disyaratkan, misalnya berinisiatif meningkatkan
kompetensinya, secara sukarela mengambil tanggung jawab diluar wewenangnya.
Misalnya, mengikuti seminar dan kursus yang di sediakan organisasi.
4. Courtesy,
adalah perilaku meringankan problem-problem yang berkaitan dengan pekerjaan
yang dihadapi orang lain.
5. Sportmanship,
berisi tentang pantangan-pantangan membuat isu yang merusak meskipun merasa
jengkel. Perilaku ini menunjukkan suatu daya toleransi yang tinggi terhadap
lingkungan yang kurang atau bahkan tidak menyenangkan. Menurut Podsakoff (2000;
dalam Budihardjo, 2004) dimensi ini kurang dapat perhatian dalam penelitian
empiris. Dikatakan pula bahwa sportsmanship seharusnya memiliki cakupan yang
lebih luas: dalam pengertian individu tidak hanya menahan ketidakpuasan tetapi
individu tersebut harus tetap bersikap positif serta bersedia mengorbankan
kepentingannya sendiri demi kelangsungan organisasi.
Referensi:
Agus, T & The
Elisabeth C., S. (2009). Organizarional Citizenship Begavior dan
Pengaruhnya Terhadap Keinginan Keluar dan Kepuasan Kerja
Karyawan. Universitas Kristen Maranatha: Jurnal Manajemen. Vol.7
No.9.
Dyah A. H.
(2016). Hubungan antara Work Engangement dengan Organizational Citizenship
Behavior pada Karyawan Kontrak. Jurnal Ilmiah Psikologi. Vol.9 No.1.
Lam,
C. F., Liang, J., Ashford, S. J., & Lee, C. (2015). Job insecurity and
organizational citizenship behavior: Exploring curvilinear and moderated
relationships. Journal of Applied Psychology, 100(2),
499.
Lee,
K., & Allen, N. J. (2002). Organizational citizenship behavior and
workplace deviance: the role of affect and cognitions. Journal of Applied Psychology, 87(1), 131.
Putri, K.,
C., V. & Liestiawati, Dwi. (2013). Pengaruh Employee Engagement terhadap
Organizational Citizenship Behavior pada Karyawan Kantor Pusat PT. Sepatu Bata,
Tbk. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.
Rosalina Eka
& Kudiyati Sulisworo. (2016). Studi Deskriptif Mengenai Kegigihan (Grit)
dan Dukungan Sosial pada Siswa Gifted kelas X IA Di SMA 1. Fakultas Psikologi,
Universitas Islam Bandung.
Komentar
Posting Komentar