Analisis Film Door to Door (2002)
Sinopsis Film Door to
Door (2002)
Film ini
merupakan film sederhana yang berdasarkan kisah nyata tentang seorang salesman yang bernama Billy Porter yang
diperankan oleh Wiliam H. Macy. Bill Porter sejak kecil menderita cacat tulang
belakang dan celebral palsy (kelumpuhan
otak) yang menyebabkan pergerakan tubuhnya tidak normal dan mengalami gangguan
syaraf. Ibunya sangat mendukung Bill Porter, ia selalu mengantar Porter
menyusuri setiap sudut kota untuk mencari pekerjaan untuk Porter. Tetapi dengan
apa yang diderita Porter membuatnya sulit memperoleh pekerjaan. Namun dengan
kegigihan dan motivasi yang kuat ia terus berusaha dan melamar ke suatu
perusahaan dan rela dipekerjaan sebagai apapun sekalipun pekerjaan itu cukup
sulit dan harus dikerjakan oleh orang normal. Akhirnya Porter diterima sebagai salesman.
Bekerja sebagai
salesman bukanlah pekerjaan yang
mudah, Porter harus menawarkan dan menjelaskan produknya semenarik mungkin agar
pelanggannya mau membeli. Porter terus mengetuk pintu dari satu pintu ke pintu
lain dan tak jarang ia mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan dari si
pemilik rumah. Pekerjaan ini terus dilakukannya setiap hari tanpa rasa bosan
dan lelah. Selama Porter bekerja, ia selalu diantar dan dijemput oleh Ibunya. Namun
sautu hari Ibunya tidak datang menjemputnya, ternyata Ibunya sakit yang
membuatnya tidak bisa menjemput Porter dan harus dirawat di panti. Setelah itu
Porter divonis oleh dokter bahwa ada penyempitan tulang belakang akibat ia
sering mengantarkan barang-barang pesanan. Hal itu membuatnya harus
beristirahat dan tidak boleh mengantarkan barang-barang pesanan lagi. Beruntung
ia dibantu oleh Selly teman dekatnya dalam bekerja. Kemudian ia mendapatkan
kabar bahwa ibunya meninggal dunia.
Kegigihannya
dalam bekerja membuatnya Bill Porter mendapatkan penghargaan sebagai “Sales of The Year” pada tahun 1989 di
perusahaan Watkins Incorprated, kemudian pada tahun itu pula total penjualan mencapai
angka yang cukup tinggi dari tahun sebelumnya yang menjadikan Porter diangkat
sebagai konsultan pemasaran.
Analisis
Dari sinopsis cerita diatas saya
dapat menganalisa Bill Porter dengan beberapa teori sebagai berikut:
1. Psychological
Capital
Psycap Menurut
Luthans, 2007, PsyCap merupakan keadaan positif seseorang yang
terdiri dari karakteristik adanya kepercayaan diri dalam semua tugas, rasa
optimisme, harapan dan kemampuan untuk bertahan dan maju ketika berhadapan
dengan suatu masalah di tempat kerja. Di dalam Psycap terdapat beberapa dimensi
yang sesuai dengan Porter:
-
Resilience
merupakan kemampuan
untuk terus bertahan jika berhadapan dengan suatu tantangan. Porter tidak
pernah menyerah dan terus berusaha dalam menawarkan produk-produknya sekalipun
ia sering mendapatkan perlakuan kurang baik dari orang lain.
-
Self Efficacy
suatu bentuk
kepercayaan pada diri sendiri untuk dapat menyelesaikan segala tugas maupun
tantangan yang datang. Porter sangat percaya diri dengan dirinya
sekalipun dirinya mengalami kekurangan.
2.
Work
Engagement
Diartikan sebagai sebagai suatu yang positif, keadaan pikiran
yang berhubungan dengan pekerjaan dan pemenuhan diri yang memiliki
karakteristik semangat, dedikasi dan absorbsi (Schaufeli dkk, 2006, h. 195)
-
Vigor
merupakan curahan
energi dan mental yang kuat selama bekerja, keberanian untuk berusaha sekuat
tenaga dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, dan tekun dalam menghadapi
kesulitan kerja. Porter selalu gigih dan berusaha sekuat tenaga dalam
pekerjaannya, ia terus mencoba dan tidak mengeluh sedikit pun.
- Dedication
mengarah pada
keterlibatan yang sangat tinggi saat mengerjakan tugas dan mengalami perasaan
yang berarti, sangat antusias, penuh inspirasi, kebanggaan, dan tantangan.
Porter sangat mencintai pekerjaannya sebagai salesman dan bangga terhadap
pekerjaannya, sampai ia mendapatkan beberapa pengharagaan.
- Absorption
diartikan dimana
dalam bekerja karyawan selalu penuh konsentrasi dan serius terhadap suatu
pekerjaan. Porter selalu serius dalam pekerjaannya dengan menggunakan
berbagai cara untuk menawarkan produk-produknya.
3. Grit
Grit didefinisikan
sebagai kegigihan dan semangat untuk mencapai tujuan jangka panjang (Duckworth,
2007). Porter memiliki kegigihan yang sangat tinggi dalam pekerjaanya
sebagai salesman sampai ia memperoleh
penghargaan dan diangkat menjadi konsultan pemasaran.
4. Intrapreneurship
Princhott (1985) mendefinisikan seorang intrapreneur adalah
seorang yang memfokuskan pada inovasi dan kreativitas dan yang mentransformasi
suatu mimpi atau gagasan menjadi usaha yang menguntungkan yang dioperasikannya
dalam lingkup lingkungan perusahaan. Dalam hal ini Porter memiliki
kreativitas yang tinggi dalam mecapai tujuannya menjual produk misalnya dengan
memberi hiburan ringan kepada konsumen atau ia menjalin kekerabatan kepada
tetangga yang bertengkar.
Referensi:
Asef Karimi, Iraj
Malekmohamadi, Mahmoud Ahmadpour Daryani, Ahmad Rezvanfar, (2011). A conceptual
model of intrapreneurship in the Iranian agricultural extension organization:
Implications for HRD. Journal of European Industrial Training, Vol. 35:7, 632 –
657
Luthans, F., &
Youssed, C. M. (2004). Human, Social and Now Positive Psyhological Capital Management. Organizational
Dynamics, 33, 143-160
Limons, J.C., &
Buitendach, J.H. (2013). Psychological capital, Work Engagement and
Organisational Commitment Amongst Call Centre Employees in South Africa. SA
Journal of
Industrial
Psychology/SA Tydskrif vir Bedryfsielkunde, 39(2), Art. #1071, 12 pages.
Rosalina Eka &
Kudiyati Sulisworo. (2016). Studi Deskriptif Mengenai Kegigihan (Grit) dan
Dukungan Sosial pada Siswa Gifted kelas X IA Di SMA 1. Fakultas Psikologi,
Universitas Islam Bandung
Komentar
Posting Komentar